Desa Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, menggelar acara budaya Gebyar Suro pada Sabtu, 26 Juli 2025. Ratusan warga dari berbagai usia mengikuti prosesi ruwatan dan doa bersama sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan.
Arak-arakan tumpeng digelar keliling padepokan dengan suasana khidmat sebelum dilanjutkan dengan doa semesta. Warga meyakini prosesi ini sebagai wujud rasa terima kasih atas rezeki dan perlindungan yang telah diberikan.
Acara juga dimeriahkan dengan pertunjukan jaranan dan bantengan dari kelompok seni lokal. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, melainkan menjadi bagian dari ritual spiritual yang sarat makna.
Sebelum pertunjukan, panitia bersama warga melakukan ziarah ke makam leluhur desa, yakni makam eyang kakung, eyang putri, dan tiga makam pendamping yang dianggap sakral. Kegiatan ziarah ini menjadi pembuka prosesi Gebyar Suro.
Suasana menjadi sakral ketika seorang penari mendadak kerasukan saat pentas berlangsung. Kejadian ini mengarahkan panitia menuju sebuah sumber mata air kuno yang dulunya digunakan sebagai tempat pemandian sakral.
Di lokasi mata air tersebut, panitia menemukan pusaka berupa pedang dan cincin. Temuan ini diyakini sebagai simbol restu dari leluhur dan menjadi pertanda baik bagi masyarakat Desa Ngingit.
Ketua panitia, Tony Indrawijaya, menjelaskan bahwa prosesi ruwatan ini mengandung pesan spiritual bahwa dalam diri manusia terdapat pergulatan antara hawa nafsu dan kekuatan spiritual. Momen ini menjadi pengingat agar manusia selalu menjaga keseimbangan diri.
Gebyar Suro di Desa Ngingit dirancang untuk mempererat hubungan manusia dengan alam dan kekuatan spiritual. Panitia berharap tradisi ini mampu mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda agar tidak tergerus zaman.
Sumber: berbagai sumber
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *