MALANG – Saat malam turun di Kota Malang dan udara mulai menusuk tulang, ada satu kuliner legendaris yang selalu jadi pelarian warga dan wisatawan: Ronde Titoni. Berdiri sejak tahun 1948, warung sederhana di Jalan Zainul Arifin ini sudah melewati lintas generasi tanpa kehilangan penggemar setianya. Hangatnya wedang jahe berpadu dengan bola-bola ronde dan kacang tanah sanggup mengusir dingin khas malam Malang.
Ronde Titoni awalnya dirintis oleh pasangan Tionghoa yang ingin memperkenalkan minuman penghangat khas negeri asal mereka. Dari gerobak kecil di pinggir jalan, kini Ronde Titoni menjelma menjadi ikon kuliner malam Malang. Banyak pelanggan yang menyebut, malam di kota ini terasa belum lengkap tanpa menyeruput wedang ronde dari tempat ini.
Menu utama yang paling dicari tentu saja Ronde Kering dan Ronde Basah. Dalam satu mangkuk, pembeli bisa menemukan bola-bola ketan isi kacang halus, kolang-kaling, roti tawar, dan kuah jahe yang harum menggoda. Cita rasa jahe yang kuat berpadu dengan manis lembut ronde menciptakan sensasi hangat di tenggorokan—sempurna untuk menemani udara dingin Malang.
Selain ronde, warung ini juga menyediakan pilihan angsle, yaitu minuman hangat berisi ketan, roti, kacang tanah, dan santan manis. Angsle biasanya menjadi alternatif bagi yang kurang menyukai rasa pedas jahe. Banyak pelanggan memesan dua-duanya untuk merasakan kelezatan yang berbeda namun sama-sama menghangatkan.
Keunikan Ronde Titoni bukan hanya pada rasanya, tapi juga suasananya. Meski tempatnya sederhana, suasana nostalgia terasa kuat. Lampu kuning remang, aroma jahe yang menyeruak, dan ramainya pengunjung yang datang silih berganti membuat tempat ini seperti mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu Malang tempo dulu.
Hingga kini, Ronde Titoni tetap setia buka setiap malam, biasanya mulai pukul 17.00 hingga lewat tengah malam. Pengunjungnya datang dari berbagai kalangan, mulai dari warga lokal, mahasiswa, hingga wisatawan mancanegara yang penasaran dengan kuliner legendaris ini. Tak sedikit yang rela antre lama hanya untuk mendapatkan semangkuk ronde hangat.
Bagi warga Malang, Ronde Titoni bukan sekadar kuliner, melainkan bagian dari cerita kehidupan kota. Di sinilah banyak kisah dimulai—dari obrolan santai antar teman, nostalgia masa sekolah, hingga tempat nongkrong keluarga di malam hari. Selama masih ada malam yang dingin di Malang, aroma jahe dari Ronde Titoni tampaknya tak akan pernah hilang.
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *