Legendaris, Sate Gebug 1920 Malang telah Bertahan lebih dari 100 Tahun

Legendaris, Sate Gebug 1920 Malang telah Bertahan lebih dari 100 Tahun

Warung Sate Gebug 1920 di Malang adalah salah satu kuliner legendaris yang sudah bertahan lebih dari 100 tahun. Berlokasi di bangunan tua bekas toko es zaman Belanda, warung ini tetap mempertahankan nuansa klasik yang otentik hingga sekarang, menjadikannya salah satu ikon kuliner bersejarah di kota tersebut.

Meski telah beberapa kali direnovasi, tampilan warung ini tidak banyak berubah dari bentuk aslinya. Sentuhan tempo dulu tetap dipertahankan agar pelanggan bisa merasakan atmosfer warung khas zaman kolonial yang sederhana namun penuh sejarah.

Nama “gebug” diambil dari proses memasak sate ini, di mana potongan daging sapi dipukul-pukul hingga pipih sebelum dibumbui dan dibakar di atas arang. Teknik ini membuat tekstur daging menjadi empuk dan juicy, dengan rasa asap yang khas dari proses pembakaran tradisional.

Sate gebug menggunakan bumbu yang sangat sederhana, hanya garam, bawang putih, merica, dan kecap pilihan. Tidak menggunakan saus kacang atau bumbu tambahan lainnya, sehingga rasa asli dari daging sapi tetap menjadi bintang utama.

Tusukan satenya berukuran besar, dengan berat mencapai satu ons per tusuk. Tekstur bagian luar yang sedikit garing berpadu dengan kelembutan daging di dalam, menciptakan sensasi makan sate yang hampir menyerupai steak.

Selain sate gebug, warung ini juga menyediakan menu lain seperti sop, rawon, dan soto daging sapi. Semua resep diwariskan secara turun-temurun tanpa banyak perubahan, menjaga keaslian rasa dari generasi ke generasi.

Warung hanya memproduksi sate dalam jumlah terbatas, biasanya 70–100 tusuk per hari, tergantung ketersediaan daging sapi pilihan. Jika kualitas bahan tidak memenuhi standar, mereka memilih untuk tidak berjualan demi menjaga mutu yang sudah menjadi tradisi sejak dulu.

Jam operasional warung dimulai dari pagi hingga sore, kecuali hari Jumat tutup. Harga per tusuk berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Selain menikmati cita rasa legendaris, pengunjung juga bisa merasakan suasana bangunan tua bergaya kolonial yang tetap dipertahankan keasliannya.

 

Sumber: berbagai sumber

Baca Juga

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

copilot