Malang – Di tengah gempuran minuman kekinian, sebuah warung sederhana di Jalan Sempu, Kota Malang, justru tetap bertahan dengan satu menu yang tak lekang oleh waktu: Es Santan 68. Sudah berdiri sejak tahun 1968, usaha keluarga ini menjadi saksi bisu perkembangan kota sekaligus menjaga warisan rasa tradisional yang otentik.
Perpaduan Sederhana, Rasa Luar Biasa
Yang membuat es ini istimewa bukanlah tampilannya yang mewah, melainkan kesederhanaan bahan yang berpadu harmonis. Dalam satu gelas, Anda akan menemukan kombinasi santan kental, agar-agar hijau, tape ketan hitam, potongan roti tawar, dan sirup merah yang manis dan menyegarkan.
Setiap tegukan menyuguhkan sensasi unik — gurih, manis, dan sedikit asam dari tape yang menyegarkan. Tak jarang, pelanggan lama menyebutnya sebagai “rasa masa kecil yang tak berubah”.
Dari Terminal Lama ke Jalan Sempu
Es Santan 68 awalnya dijual di kawasan Terminal Sawahan (yang kini menjadi SPBU di Jalan Yulius Usman). Seiring berjalannya waktu dan perubahan kota, sang penjual, Pak Sutono, memindahkan lapaknya ke Jalan Sempu. Meskipun hanya berupa gerobak sederhana, warung ini tak pernah sepi pengunjung, terutama saat cuaca panas atau akhir pekan.
Pelanggan Lintas Generasi
Tak hanya warga lokal, pengunjung dari luar kota juga menyempatkan mampir demi mencicipi kenangan. Beberapa pelanggan mengaku datang karena nostalgia, membawa serta anak dan cucu mereka untuk menikmati segelas es yang dulu mereka nikmati saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Dulu saya dibeliin ibu saya waktu pulang sekolah. Sekarang saya yang ajak anak saya ke sini,” ujar Ratih, pelanggan setia yang kini berdomisili di Surabaya namun selalu mampir saat pulang ke Malang.
Produksi Ratusan Gelas per Hari
Di hari-hari biasa, Pak Sutono dan keluarganya bisa menjual hingga 500 gelas es santan, dan jumlah itu melonjak pada akhir pekan atau hari libur. Harganya yang masih sangat terjangkau — hanya sekitar Rp5.000 per gelas — menjadi daya tarik tersendiri di tengah inflasi yang meroket.
Perluasan ke Cabang Baru
Tak ingin mengabaikan peluang, kini Es Santan 68 juga memiliki dua cabang baru: satu di kawasan Borobudur, Kota Malang, dan satu lagi di Wagir, Kabupaten Malang. Meski cabang, mereka memastikan resep dan proses penyajian tetap mengikuti standar asli keluarga.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan sisi klasik dari kuliner Malang, Es Santan 68 wajib masuk daftar. Ini bukan sekadar minuman, tapi pengalaman rasa yang penuh nostalgia dan kehangatan. Di saat minuman viral datang silih berganti, Es Santan 68 justru membuktikan bahwa keaslian dan konsistensi adalah kunci untuk tetap dicintai. Dengan menjaga kualitas dan tradisi, warung ini tidak hanya menjual es, tapi juga kenangan.
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *