Ramalan tradisional ciamsi di Gunung Kawi, Kabupaten Malang, kembali menarik perhatian setelah ramai dibicarakan generasi muda di media sosial. Tradisi leluhur masyarakat Tionghoa ini kini sering disebut mirip tarot, meski sejatinya memiliki bentuk dan makna yang berbeda.
Ciamsi dilakukan dengan cara mengguncang tabung bambu berisi batang tipis hingga salah satunya jatuh. Batang yang keluar kemudian dicocokkan dengan tulisan berisi nasihat atau petunjuk kehidupan, mulai dari jodoh, rezeki, hingga perjalanan hidup seseorang. Praktik ini sudah lama menjadi bagian dari ritual peziarah di kawasan Gunung Kawi.
Gunung Kawi sendiri dikenal sebagai destinasi spiritual yang memadukan kepercayaan Jawa dan Tionghoa. Kehadiran tradisi ciamsi di tempat ini tidak lepas dari pengaruh tokoh Tionghoa masa lalu yang ikut membentuk corak budaya di kawasan tersebut. Hingga kini, praktik itu tetap dijalankan oleh sebagian peziarah.
Kebangkitan minat generasi muda terhadap ciamsi dipicu oleh konten-konten yang beredar di TikTok dan Instagram. Banyak anak muda penasaran mencoba ritual ini ketika berkunjung, sekaligus membagikan pengalaman mereka secara daring. Fenomena ini membuat ciamsi kembali dikenal luas di luar lingkaran peziarah rutin.
Meski sering dibandingkan dengan tarot, ciamsi memiliki perbedaan mendasar. Tarot menggunakan kartu bergambar dengan simbol tertentu, sementara ciamsi mengandalkan batang bambu dan syair yang ditulis dalam bahasa klasik. Hal ini menegaskan bahwa ciamsi berdiri sebagai tradisi tersendiri yang berakar pada budaya Tionghoa.
Meningkatnya perhatian publik dianggap sebagai peluang untuk memperkuat citra Gunung Kawi sebagai tujuan wisata religi. Tradisi ciamsi tidak hanya menghadirkan pengalaman spiritual, tetapi juga memperkaya daya tarik budaya yang bisa menarik lebih banyak pengunjung.
Dengan antusiasme yang terus tumbuh, ciamsi dipandang sebagai jembatan antara warisan leluhur dengan rasa ingin tahu generasi muda. Gunung Kawi pun kembali menegaskan perannya sebagai ruang pertemuan tradisi, spiritualitas, dan wisata budaya.
Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *